Halo, kali ini saya akan menulis opini saya mengenai “Dilema Menjadi Odoo Developer”. Perlu anda catat tulisan ini adalah pendapat pribadi berdasarkan pengalaman saya selama lebih dari 4 tahun menjadi odoo developer, Anda tidak harus setuju dengan tulisan ini. Tulisan ini juga tidak bermaksud untuk menjelekkan siapapun, jika tulisan ini serasa menjelekkan individu atau institusi tertentu, saya mohon maaf sebelumnya.
Sebelum menjadi odoo developer saya pernah bergabung dengan perusahaan yang mengembangkan ERP dengan Angular + PHP, kemudian di versi yang lebih baru di ganti React + Node JS. Di perusahaan ini saya dituntut untuk menjadi Fullstack Developer. Sehingga Javascript sudah menjadi teman kencan saya sehari-hari. Tiada hari tanpa menulis kode Javascript.
Saat bergabung dengan salah satu software consultant sebagai odoo developer, tentu saja kebiasaan dan pengalaman saya dari perusahaan sebelumnya ikut terbawa. Tentu saja saya penasaran dengan pilihan teknologi yang dipakai oleh odoo, terutama framework/library di sisi frontend. Apakah pakai Angular ? React ? Ember ? Atau JQuery ?
Sayangnya, selama masa training, saya jadi tahu, kita bisa membuat aplikasi CRUD berbasis web tanpa harus menulis kode Javascript satu pun. Itulah sebabnya pada tulisan-tulisan awal, saya menyebut “odoo is like a magic”.
Bisa membuat aplikasi CRUD berbasis web tanpa menulis kode Javascript tentu saja hal yang bagus. Karena itu bisa meringankan dan mempercepat pekerjaan kita. Saya merasa sangat produktif sekali dalam menyelesaikan problem dan kebutuhan client saat bekerja dengan odoo dibandingkan dengan saat menggunakan teknologi lain. Dalam waktu sebentar saja kita bisa membuat banyak form.
Tetapi hal ini juga ada sisi negatifnya. Yang pertama adalah, kita jadi lupa kalau odoo adalah aplikasi berbasis web. Dimana ada sisi backend dan frontend. Di sisi frontend mau tidak mau harus ditulis dengan Javascript. Dalam kasus saya, mungkin hampir 2 tahun setelah saya jadi odoo developer, saya masih belum tahu framework/library Javascript apa yang dipakai odoo 🙂
Karena selama itu saya tidak pernah menulis kode Javascript, dan tidak ada kebutuhan untuk itu.
Saat menghadapi problem sering kali kita memiliki ekspektasi problem itu bisa diselesaikan dengan Python atau XML. Padahal tidak. Kadang beberapa problem harus diselesaikan dengan kode Javascript. Sayangnya hal ini membawa kita ke sisi negatif yang kedua.
Yaitu, di forum-forum odoo jika ada pertanyaan/problem yang harus diselesaikan dengan Javascript biasanya si penjawab jarang sekali memposting potongan kode, sehingga kita tidak bisa langsung tahu solusinya. Hal ini berbeda sekali jika solusinya adalah dengan kode Python atau XML. Si penjawab kebanyakan akan memposting potongan kode yang bisa menyelesaikan problem tersebut.
Sisi negatif yang ketiga adalah, karena Javascript jarang sekali digunakan saat membuat module odoo, mengakibatkan tutorial yang tersedia sedikit sekali. Sehingga media yang bisa kita manfaatkan untuk belajar jadi minim. Ditambah, perubahan kode Javascript pada odoo versi terbaru kadang ekstrem sekali. Perubahan besar yang saya tahu adalah dari odoo versi 12 ke odoo 13 dan dari odoo versi 14 ke odoo 15. Sudah tutorial jarang, ganti versi ganti kode lagi, capek deh. Dan setiap tahun ganti versi 🙁
Lalu apakah setiap odoo developer harus jadi fullstack developer ? Sehingga setiap calon odoo developer harus diajari/belajar Javascript ? Kalau menurut saya idealnya sih iya. Tapi dilema juga, karena tidak semua orang mampu jadi fullstack developer, dan kalaupun diajari, karena jarang digunakan, tidak ada jaminan yang bersangkutan bakal tetap ingat atau tidak saat dibutuhkan. Atau materi yang disampaikan masih relevan atau tidak saat odoo ganti versi.
Tapi jika Anda ingin terjun sebagai freelancer, saya rasa Anda WAJIB menguasai Javascript. Karena berdasarkan pengalaman saya, hampir semua job sebagai freelancer yang saya terima melibatkan kode Javascript. Kan tidak lucu saat kita sudah menerima kontrak sebagai freelancer ternyata problemnya tidak bisa diselesaikan dengan Python atau XML, lalu kita menyerah begitu saja. Kalau kita bekerja sebagai tim di software house sih enak, kalau tidak bisa ya bilang aja ke manager, nanti terserah manager mau dialihkan ke siapa pekerjaan tersebut. Dengan harapan di tim tersebut ada yang bisa Javascript. Kalau tidak ada ? Ya repot.
Kalau sebagai freelancer kan tidak bisa. Semua problem harus kita selesaikan sendiri.
Sebagian besar job freelance yang saya terima berasal dari odoo developer juga, dimana mereka kesulitan dalam menulis kode Javascript di odoo kemudian meminta bantuan saya. Hal ini membuktikan pendapat saya bahwa kemudahan dalam membuat aplikasi CRUD di odoo yang “like a magic” itu membuat banyak programmer melupakan sisi Javascript odoo. Saya tidak tahu ini sebuah bencana di dunia odoo developer secara umum atau tidak. Bagi saya sih ini bisa menjadi kesempatan untuk mendapat job freelance yang lebih banyak dan mendapatkan penghasilan yang lebih banyak juga 🙂
Saran saya untuk menguasai Javascript pada odoo, pastikan Anda pernah pakai JQuery, lalu sering-seringlah baca source code di module web terutama di directory static, karena di module inilah sebagian besar kode Javascript ditulis.
Demikian pendapat saya, jika Anda punya pendapat lain silakan tulis di komentar.
2 Replies to “Dilema Menjadi Odoo Developer”
hallo gan, boleh minta contact person, kebetulan perusahaan saya memakai odoo versi 8. dan ada kebutuhan develop..boleh infokan cp ke email?
Contact saya bisa dilihat di halaman ini. Tapi saat ini jadwalnya lagi penuh, sehingga tidak bisa menerima project freelance lagi.