Manager Yang Baik dan Manager Yang Buruk Versi Saya

Di media sosial saya banyak melihat drama/konflik yang katanya disebabkan oleh manager yang buruk. Hal ini menggelitik saya untuk menulis bagaimana sih manager yang baik/buruk itu? Tentu saja yang versi saya sendiri.

Sebelumnya anda perlu mengetahui background saya terlebih dahulu, agar anda tidak bias saat membaca tulisan ini. Saya adalah lulusan teknik komputer, yang tidak pernah mengenyam pendidikan managemen dan tidak pernah jadi manager. Tapi, saya pernah bekerja di beberapa perusahaan dengan jenis industri yang berbeda, dan tentu saja pernah menjadi bawahan dari manager yang menurut saya baik atau buruk.

Jadi tulisan ini adalah uneg-uneg/curhat saya mengenai manager yang baik/buruk versi saya berdasarkan pengalaman saya sebagai bawahan, bukan dari sudut ilmu managemen atau dari sudut manager berpengalaman.

Ijinkan saya untuk berpantun terlebih dahulu.

Seperti Jaka Tarub
Yang mendambakan istri bidadari

Kami kelas pekerja generasi yutub
Membutuhkan atasan yang baik layaknya nabi

Terima kasih.

Mari kita mulai dari yang kontroversial dulu. Menurutmu manager yang buruk itu yang seperti apa?

Menurutku, manager yang buruk adalah manager yang hanya jadi penyambung lidah atasan.

Berikut ini adalah contoh kasus manager penyambung lidah atasan yang saya maksud:

1. Contoh Kasus 1

Misal pada sebuah software house, big boss/tim sales menerima requirement dari client untuk membuat sebuah aplikasi mobile, kemudian meminta Manager IT untuk membuat perkiraan kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aplikasi tersebut.

Jika menghadapi kasus seperti ini, tipe manager penyambung lidah atasan akan mengirim requirement tersebut ke bawahannya, untuk memberi perkiraan kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk membuat aplikasi tersebut berapa lama.

Lalu si manager sendiri ngapain? Yah namanya juga penyambung lidah, kalau si bawahan sudah baca requirement dan sudah dapat perkiraan waktunya, ya tinggal relay info tersebut ke big boss/tim sales lah.

Contoh lain yang serupa, misal client A lapor tidak bisa simpan form tertentu, dan mendapat pesan error tertentu, si manager tinggal relay pesan itu ke bawahannya. Kemudian relay jawaban bawahan ke client.

Menurut saya tipe manager seperti ini buruk, karena seperti tidak paham dengan industri di mana ia bekerja, atau terlihat malas?

2. Contoh Kasus 2

Misal sebuah software house sedang mengerjakan aplikasi mobile untuk beberapa client dengan deadline mepet, tiba-tiba big boss bilang dapat requirement aplikasi dari temen mancingnya, dengan deadline yang bertubrukan dengan client lain.

Jika menghadapi kasus seperti ini manager penyambung lidah atasan biasanya akan menyampaikan permintaan big boss dengan nada agak memelas agar anggota timnya bisa memahami kalau ia dapat tekanan dari big boss, dan berharap anggota timnya bisa menyelesaikan semua project sesuai deadline, walaupun anggota timnya sudah bilang atau dia sendiri sudah tahu bahwa hal itu sangat berat bahkan hampir mustahil.

Hasilnya adalah, ya tentu saja tambah jam kerja alias lembur, dan menurut saya lembur dalam jangka waktu lama dan terus-menerus sangat buruk bagi kesehatan mental, apalagi kalau tidak dibayar.

Manager tipe penyambung lidah atasan ini menurut saya adalah beban yang sebeban-bebannya, apalagi kalau dia tipe orang yang pandai bergaul dengan bawahan dan lihai mengucapkan nada-nada melas. Misal, anggaplah kita sebagai bawahan, dan tidak memiliki manager, hubungan kerja kita langsung pada big boss/owner langsung, dalam kasus deadline yang mepet, katakanlah kita ngeyel kalau deadline di tanggal itu mustahil untuk dicapai, konsekuensi terjauhnya adalah, kita sendiri yang dipecat.

Sekarang mari kita coba tambahkan seorang manager penyambung lidah atasan di antara kita dan big boss/owner, jika kita tetap ngeyel dalam kasus deadline di atas, si manager akan menyampaikan keluhan kita ke big boss. Si big boss jika tidak terima tentu saja akan mencoba menekan si manager, dan akhirnya si manager dengan nada memelas akan mencoba untuk merayu kita agar bisa menyetujui deadline yang diajukan. Jika sudah begini kita susah untuk ngeyel lebih jauh lagi, karena kita tidak hanya menanggung nasib kita sendiri, tapi juga si manager. Kita bisa dipecat karena ngeyel tadi yang bisa dibaca sebagai tidak bisa kerja, dan si manager bisa dipecat karena tidak bisa mengatur bawahan. Lebih parah lagi jika kita sudah terbiasa ngopi bareng, main badminton bareng, dan ketawa-ketiwi bareng si manager, apalagi jika tim bola favoritnya sama, jiwa kesetiakawanan kita bisa bergejolak, mengalahkan pikiran waras kita yang ingin menghindari lembur.

Lalu manager yang baik itu seperti apa?

Menurut saya manager yang baik adalah manager yang bisa menjadi tameng bagi bawahannya dan bisa menjadi rem bagi ego atasan/managemen.

Dalam contoh kasus 1, manager yang baik seharusnya bisa menilai requirement sendiri, sehingga dia bisa segera memberikan jawaban ke big boss/tim sales dan tidak perlu melempar requirement tersebut ke bawahan, sehingga requirement tersebut terhenti oleh tameng si manager. Atau paling tidak dia sudah punya gambaran kasar mana bagian yang mudah sehingga bisa dikerjakan dengan cepat dan mana bagian yang susah sehingga membutuhkan waktu pengerjaan yang lebih lama, untuk nanti didiskusikan lebih lanjut dengan anggota tim, sehingga requirement tersebut sedikit tersaring oleh tameng si manager.

Dalam contoh kasus 2, manager yang baik seharusnya bisa menilai dengan objektif mengapa bawahan ngeyel, bahwa deadline di tanggal tersebut sulit dicapai, dan dia harus punya kemampuan untuk meyakinkan big boss/owner untuk negosiasi ulang dengan calon client, atau paling tidak meyakinkan untuk tambah karyawan atau merekrut freelancer agar project tersebut bisa selesai sesuai deadline. Sehingga ambisi/ego big boss/managemen sedikit terhenti oleh rem si manager.

Agar bisa menjadi manager yang bisa menjadi tameng bagi bawahannya dan bisa menjadi rem bagi ego atasan/managemen, saran saya seorang manager harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Skill Yang Dibutuhkan Industri

Yang saya maksud dalam hal ini adalah, seorang manager harus punya daftar skill yang kira-kira dibutuhkan di industri. Misal suatu perusahaan yang membuat sofware accounting bebasis web, skill yang dibutuhkan oleh industri tentu saja ya accounting itu sendiri, bahasa pemrograman untuk backend, javascript, css, html, security dll.

Manager yang baik harus bisa memecah dan memilah skill-skill di atas sampai ke detail, misal skill css, apakah kemampuan membuat sebuah DIV berada tepat ditengah halaman dan mengganti warna sebuah tombol sudah cukup ? Ataukah perlu membuat komponen yang rumit nan futuristik seperti yang biasa didemokan di CodePen.IO ?

Manager yang baik tidak hanya harus punya daftar skill yang kira-kira dibutuhkan di industri, tapi juga harus bisa menyusun skala prioritas skill tersebut, mulai yang sangat vital sehingga wajib dikuasai saat ini juga, ke yang sebaiknya di kuasai segera, ke yang sebaiknya dipelajari/di googling kalau butuh saja, ke yang tidak penting tapi mungkin saja dibutuhkan di masa depan. Misal skill membuat sebuah text tepat berada di tengah sebuah halaman web tentu lebih dibutuhkan dari pada skill membuat komponen untuk menerima tanda tangan customer di sebuah halaman web.

Manager yang baik juga perlu memiliki daftar skill yang diurutkan prioritasnya berdasarkan seberapa sering skill tersebut dibutuhkan, misal skill yang paling sering dipakai dan dibutuhkan harusnya memiliki pemegang skill (karyawan/anggota tim) yang lebih banyak daripada skill yang jarang digunakan.

Perlu dicatat, dalam hal ini, saya tidak menuntuk manager untuk menguasai skill-skill tersebut, karena menguasai semua skill yang dibutuhkan dalam sebuah industri oleh satu orang itu adalah hal yang menurut saya mustahil. Saya hanya menuntut manager yang baik cukup punya daftarnya saja lengkap dengan skala prioritasnya. Lebih bagus lagi kalau beserta contoh penggunaanya, dan dimana kita bisa belajar skill tersebut, misal dari buku tertentu atau kursus tertentu.

Mengapa memiliki daftar skill yang kira-kira dibutuhkan di industri dan skala prioritasnya penting? Hal ini berkaitan dengan poin kedua dari hal-hal yang seharusnya diperhatikan oleh manager yang baik, yaitu.

2. Kemampuan Anggota Tim

Setelah memiliki daftar skill yang kira-kira dibutuhkan di industri dan skala prioritasnya, manager yang baik seharusnya segera membuat peta antara daftar skill tersebut dengan kemampuan anggota tim. Skill mana saja yang dikuasai oleh semua anggota tim, skill mana saja yang dikuasai sebagian besar anggota tim, skill mana saja yang dikuasai sebagian kecil anggota tim, dan skill mana saja yang tidak dikuasai oleh satupun anggota tim.

Mengapa membuat peta antara daftar skill dan kemampuan anggota tim penting?

Ini dilakukan agar manager bisa melimpahkan suatu pekerjaan/tugas ke orang yang tepat. Sehingga pekerjaan/tugas tersesbut bisa diselesaikan secara aman dan sesuai jadwal.

Selama saya bekerja, saya sering menemui pekerjaan yang membutuhkan skill XXX tapi di limpahkan ke karyawan A yang tidak memiliki skill XXX tersebut, padahal ada karyawan B yang tidak hanya memiliki skill XXX tersebut, tapi juga sudah berkali-kali mengerjakan pekerjaan yang serupa. Hasil terburuknya, saat sudah mendekati deadline, si karyawan A masih belum bisa menyelesaikan pekerjaan tersebut, akhirnya down, lalu perkerjaan di alihkan ke karyawan B, tapi karena sudah dekat dengan deadline, si karyawan B jadi tertekan, karena selain punya tanggungan pekerjaan tersebut dia masih punya tanggungan pekerjan sebelumnya. Jika saja manager punya peta antara skill dan kemampuan anggota tim, seharunya hal seperti ini bisa dihindari. Jika pekerjaan tersebut dilimpahkan ke karyawan A dengan dalih agar belajar, harusnya ada cara yang lebih baik, yaitu, siapkan satu hari khusus, bebaskan semua karyawan dengan pekerjaannya, dan biarkan karyawan B menjadi mentor dan memberi pelatihan untuk karyawan-karyawan lain mengenai pekerjaan/tugas tersebut, sehingga mereka bisa belajar dengan nyaman dan damai.

Hal ini juga berkaitan dengan poin ketiga dari hal-hal yang seharusnya diperhatikan oleh manager yang baik, yaitu:

3. Bobot Sebuah Tugas/Pekerjaan

Pekerjaan/tugas yang membutuhkan skill yang dikuasai oleh semua/sebagian besar anggota tim, bisa kita katakan pekerjaan/tugas yang relatif mudah, dan harusnya bisa dikerjakan sesegera mungkin karena banyak anggota tim yang bisa mengerjakan pekerjaan/tugas tersebut.

Pekerjaan/tugas yang membutuhkan skill yang dikuasai oleh sebagian kecil anggota tim, bisa kita katakan pekerjaan/tugas yang relatif sulit, terbukti tidak banyak anggota tim yang menguasainya. Jika jenis pekerjaan seperti ini adalah pekerjaan yang rutin masuk, seharusnya manager yang baik bisa memberi saran ke managemen agar karyawan yang menguasai skill ini lebih diapresiasi, misal naik gaji atau dapat bonus tertentu.

Dan jika suatu saat big boss/client minta pekerjaan/tugas yang seperti ini segera diselesaikan, kemudian memberi batas waktu, manager yang baik harusnya tidak langsung jawab IYA/OK, tapi perlu lihat dulu apakah anggota tim yang sedikit itu sedang sakit atau tidak, sedang cuti umroh atau tidak, sedang banyak antrian pekerjaan lain atau tidak dan seterusnya. Sehingga manager yang baik bisa menolak dan memberi alasan yang masuk akal, misal pekerjaan tersebut tidak bisa diselesaikan pada tanggal sekian karena programmer yang biasa mengerjakan pekerjaan tersebut baru pulang liburan dari jepang tanggal sekian sedangkan programmer lain tidak memiliki skill yang cukup untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Pekerjaan/tugas yang membutuhkan skill yang tidak dikuasai oleh satupun anggota tim, tentu saja bisa kita katakan sebagai pekerjaan yang sangat sulit. Sehingga jika suatu saat mendapatkan pekerjaan/tugas yang seperti ini, manager yang baik tentu saja tidak boleh memberi estimasi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan/tugas tersebut, sebelum managemen/atasan yang lebih atas lagi memberi jawaban bagaimana seharunya pekerjaan/tugas ini diselesaikan. Apakah kita limpahkan ke salah satu anggota tim, dan kita beri waktu untuk belajar skill tersebut? Misal kita daftarkan ke kursus tertentu? Apakah kita rekrut karyawan baru? Apakah kita rekrut seorang freelancer? Atau kita lempar pekerjaan/tugas tersebut ke perusahaan lain yang lebih berpengalaman?

Dengan memiliki daftar skill yang dibutuhkan di industri, peta kemampuan anggota tim dan akhirnya mengetahui bobot suatu perkerjaan/tugas, seorang manager harusnya bisa menjadi tameng bagi anggota tim dan rem bagi big boss/management, misal saat big boss marah-marah kenapa suatu pekerjaan/tugas tidak selesai-selesai, manager bisa memberi alasan yang jelas misal si A yang biasa dan satu-satunya yang bisa mengerjakan pekerjaan/tugas yang serupa, sekarang lagi dirawat di rumah sakit karena tipes, karena sering lembur dan telat makan, sehingga manager dapat menyarankan agar perusahaan segera merekrut karyawan baru yang memiliki skill mirip si A, sehingga beban si A bisa berkurang, atau paling tidak menyarankan big boss agar menaikkan gaji si A atau kasih bonuslah, sehingga si A bisa menikmati tipesnya dari ruang VIP rumah sakit milik pemprov.

3. Tingkat Prioritas Sebuah Pekerjaan/Tugas

Suatu saat saya pernah mendapat notifikasi dari Asana, yang memberitahu bahwa saya mendapat beberapa pekerjaan/tugas baru dari business analyst, kemudian saya tanya business analyst tersebut, dari sekian pekerjaan/tugas tersebut mana yang paling penting/urgent? Dia jawab semua penting/urgent. Dan manager saya diam saja.

Jika semua pekerjaan/tugas adalah penting/urgent, berarti tidak ada pekerjaan yang lebih penting/urgent dari pekerjaan lainnya. Hal ini sangat buruk, karena secara alami saya akan memilih pekerjaan yang mudah jika saya lagi down, agar saya bisa merasakan apa itu sebuah pencapaian/kesuksesan. Dan saya akan memilih pekerjaan/tugas yang menantang atau fun, yang membutuhkan banyak riset dan googling sana-sini, jika saya bosan dengan pekerjaan yang repetitif.

Manager yang baik harusnya bisa berkomunikasi dengan business analyst atau tim sales, mengenai jadwal meeting dengan client selanjutnya, dan dari meeting itu apa yang sebaiknya disampaikan sebagai laporan ke client, sehingga bisa memilih fitur/pekerjaan/tugas mana saja yang mendapat skala prioritas. Sehingga anggota tim tidak asal memilih dan mengerjakan pekerjaan/tugas yang sebetulnya tidak penting-penting amat bagi client dan malah mengabaikan pekerjaan/tugas yang seharusnya menjadi perhatian utama client.

Demikian uneg-uneg saya mengenai manager yang baik dan manager yang buruk versi saya, yang diulas dari sisi teknis. Kalau soal moral saya gak berani bahas. Menurut kamu manager yang baik dan manager yang buruk itu yang seperti apa?

Tulisan Serupa

Leave a Reply