Beberapa waktu yang lalu, tahun ini juga, alhamdulillah, saya memiliki kesempatan untuk melepaskan diri dari kesibukan dunia sejenak, sehingga saya dapat mengasingkan diri ke Pacitan, menenangkan jiwa di pantai-pantainya.
Pacitan, daerah berbukit dengan jalan mulus yang meliuk-liuk, dimana pohon-pohonnya masih merdeka. Saya yang dari Bojonegoro, daerah yang bukit-bukit pohon jatinya sudah terjajah oleh pendatang kerdil cepat mati dari benua amerika, zea mays, tidak bisa berhenti tersenyum saat menyusuri jalan-jalannya.
Dan pantai-pantainya. Duh. Luar biasa.
Terletak di pesisir laut selatan, Pacitan memiliki banyak sekali pantai. Menurut saya tiap pantai ini unik dan menawarkan pengalaman yang berbeda. Alhamdulillah, waktu saya ke Pacitan dulu, saya berkesempatan untuk mengunjungi beberapa pantai di sana. Berikut ini adalah ulasan saya mengenai pantai-pantai tersebut. Saya urutkan dari yang menurut saya paling menarik, yang sangat saya rekomendasikan untuk dikunjungi, ke pantai-pantai yang masih saya rekomendasikan untuk dikunjungi, tetapi daya tariknya lebih inferior.
Anda dapat menonton video dokumentasi pantai-pantai tersebut di link youtube ini.
Posisi pertama, pantai Kasap – Watu Karung.
Sebenarnya pantai Kasap dan pantai Watu Karung adalah dua pantai yang berbeda. Tetapi masih dalam satu kawasan, pos tiketnyapun jadi satu. Hanya dipisahkan oleh beberapa bukit, sungai dan perkampungan. Meskipun masih dalam satu kawasan saya rekomendasikan untuk menggunakan kendaraan bermotor untuk berpindah tempat dari pantai Kasap ke pantai Watu Karung, karena jaraknya cukup lumayan.
Mari kita bahas pantai Kasap terlebih dahulu. Dari pos tiket, anda akan menemui pertigaan, jika ingin ke pantai Kasap beloklah ke kiri, dan beloklah ke kanan jika ingin ke pantai Watu Karung.
Setelah belok ke kiri, anda akan menemui sebuah pasar ikan kecil dan sungai dimana banyak kapal nelayan bersandar. Ikuti saja jalan itu sampai anda menemui sebuah jembatan, seberangi sungai lewat jembatan tersebut, ikuti jalan setelahnya sampai anda tiba di tempat parkir yang dikelola warga. Parkirkan kendaraan anda, kemudian silakan tanya kemana jalan menuju pantai.
Tapi tunggu dulu, sebelum ke area pantai, saya sarankan untuk mencoba wisata naik perahu. Dengan membayar sebesar Rp. 25.000,- perorang, anda akan diajak menyusuri sungai Cokel, yang airnya cukup jernih, kemudian sedikit mencicipi ombak pantai selatan. Anda dapat menemukan loket wisata perahu ini di pinggir sungai di sekitar area parkir.
Setelah menikmati wisata perahu, saatnya ke pantai. Yang unik dari pantai Kasap ini adalah, di sebelah pantai ini juga ada pantai lain yang dipisahkan oleh bukit, tapi masih bisa diakses dengan berjalan kaki, yaitu pantai Bercak dan pantai Banteng Mati. Sehingga garis pantainya cukup panjang, cukup banyak ruang untuk banyak pengunjung. Sayangnya pantainya cukup berbatu, menurut saya kurang cocok untuk berenang, kalau sekedar main air, basah-basahan, saya rasa masih ok.
Pada saat itu, saya tidak sempat ke pantai Bercak dan pantai Banteng Mati, karena saya sudah capek jalan, cukup lihat dari kejauhan saja, lalu ngadem di sebuah warung menikmati nasi goreng seafood sambil memandang ombak.
Menurut saya daya tarik utama dari pantai Kasap adalah spot fotonya, yang memiliki background beberapa batu karang yang disebut mirip raja ampat. Tapi untuk menuju spot foto tersebut anda harus naik bukit. Maaf saya tidak ambil foto di spot ini, karena selain tidak suka foto-foto, saya sudah males saat lihat anak tangga di bukit tersebut. Bagi anda yang suka foto-foto silakan datang ke spot ini, jika dilihat di google hasilnya bagus lho.
Saya sempat menyesal tidak jadi ke pantai Bercak, setelah lihat beberapa foto orang-orang sedang berenang di pantai ini, padahal saya sudah naik bukit yang memisahkan pantai Kasap dan pantai Bercak ini, dan sempat ambil beberapa video, seharusnya tinggal turun dari bukit itu saya sudah sampai di pantai Bercak. Mungkin lain kali perlu ke sana lagi.
Dari area parkir menuju pantai Kasap, jika anda belok kanan, kemudian mengikuti jalan, anda akan menemukan sebuah bukit, di bukit inilah letak spot foto terbaik di pantai ini, jika anda menuruni bukit tersebut anda akan sampai di pantai Bercak. Sedangkan jika anda belok kiri sepertinya anda akan sampai ke pantai Banteng Mati, karena Saya sudah berjalan ke arah kiri cukup jauh, dan memang ada beberapa pantai di sana, saya tidak tahu itu sudah masuk pantai Banteng Mati atau belum. Yang pasti setelah berjalan cukup lama, saya tidak menemukan ujung jalan tersebut, di depan masih ada jalan dan beberapa bukit dan sepertinya dibalik bukit-bukit itu masih ada pantai lain. Jika anda suka wisata petualangan saya sarankan untuk menyusuri jalan ini, kalau perlu cobalah untuk mendaki bukit-bukitnya.
Selanjutnya mari kita ke pantai Watu Karung.
Dari pertigaan setelah pos tiket pantai Kasap – Watu Karung, belok kanan, anda akan menemui perkampungan. Di perkampungan itu ada banyak gang menuju pantai ini. Anda bisa memilih gang manapun, karena pantai Watu karung terletak di pinggir perkampungan ini. Antara rumah/warung milik warga dipisahkan oleh jalan beton kecil. Anda harus memarkir kendaraan anda sebelum jalan ini.
Meskipun terletak di pinggir perkampungan, area berpasirnya cukup bersih. Dan daya tariknya adalah, sebuah pantai yang melengkung menyerupai sebuah teluk yang sangat panjang, yang sepertinya aman untuk berenang. Waktu saya di sana, saya melihat beberapa wisatawan mancanegara sedang main air di pinggir pantai. Beberapa bahkan berselancar agak ketengah. Melihat orang berselancar menantang ombak pantai selatan yang begitu besar merupakan sebuah hiburan tersendiri.
Lalu apakah saya ikut berenang? Tidak. Saya hanya duduk di gubuk-gubuk kecil yang tersebar di sepanjang pantai, sambil melihat para nelayan menjala ikan. Pantai ini walaupun terletak di pinggir perkampungan, tapi bukan pantai dimana nelayan keluar masuk laut mencari ikan dengan perahu-perahunya. Tidak ada perahu nelayan di sini. Aktifitas mencari ikan ada di pantai sebelah, antara pantai Kasap dan pantai ini. Jika anda menaiki wisata perahu di pantai Kasap, anda akan melewati pantai tersebut, dimana para nelayan keluar masuk laut mencari ikan. Saya tidak tahu nama pantai tersebut, tapi pantai ini juga tidak kalah menarik, karena selain banyaknya perahu nelayan yang diparkir di sepanjang pantai, pantai ini berpasir dan bersih, tidak berlumpur, padahal ada di muara.
Di pantai Watu Karung, pada waktu itu saya menyaksikan peristiwa yang cukup menarik, yang menurut penduduk sekitar, ikan-ikan besar di laut lepas sedang mengejar segerombolan ikan yang lebih kecil, hingga segerombolan ikan kecil tersebut terdesak ke pantai, apesnya segerombolan ikan kecil tersebut, setelah menjauh dari ikan yang lebih besar, ikan-ikan kecil tersebut sudah ditunggu para nelayan dengan berbagai alat tangkap. Ingat bentuk pantai Watu Karung ini melengkung seperti teluk, sehingga area menuju ke laut lepas cukup sempit, sehingga jalan bagi segerombolan ikan kecil ini untuk kabur, jadi semakin kecil begitu mendekat ke pantai, benar-benar maju kena mundur kena.
Tapi saya agak telat datang ke pantai ini, saya tidak bisa menyaksikan puncak perburuan antara ikan besar, ikan kecil, dan para nelayan tersebut. Saat saya datang, sebagian besar nelayan sudah mulai mentas, menimbang hasil buruannya, yang kalau saya perhatikan, cukup banyak. Saya sempat ingin nyebur ke laut ikut berebut ikan dengan beberapa nelayan yang masih bertahan, dan para bocil di sana, tapi tidak jadi, malu, beberapa wisatawan lokal dan mancanegara yang datang lebih awal, hanya duduk bengong di pinggir pantai. Saya, yang datang belakangan malu kalau tiba-tiba ikut nimbrung begitu saja.
Paling tidak ada 5 pantai, 1 sungai, dan 1 perkampungan nelayan di area pantai Kasap – Watu Karung ini. Dengan area yang begitu luas dan garis pantai yang begitu panjang, dan menawarkan pengalaman berbeda di setiap areanya, menurut saya kawasan pantai ini adalah yang terbaik di Pacitan. Saya sangat merekomendasikan kawasan pantai ini.
Posisi kedua, pantai Banyu Tibo
Pantai Banyu Tibo adalah pantai terjauh dari pusat kota Pacitan di tulisan ini, selain itu, pantai ini juga merupakan pantai dengan area berpasir paling sempit. Daya tarik utamanya adalah sebuah air terjun berair tawar yang jatuh langsung ke laut.
Di kawasan pantai Banyu Tibo mengalir sebuah sungai kecil menuju sebuah tebing di pinggir laut, dan terjadilah air terjun. Mungkin karena aliran sungai/air terjun tersebut dan terjangan ombak yang terjadi dalam waktu lama, tebing tersebut terkikis kemudian bentuknya berubah menjadi lebih menjorok ke dalam, yang akhirnya terisi oleh pasir. Aliran sungai/air terjun dan terjangan ombak ini juga membentuk gua-gua kecil yang membuat pantai ini lebih menarik. Sayangnya, area berpasirnya tidak terlalu luas mungkin lebarnya tidak sampai 15 meter, atau bisa jadi lebih kecil lagi jika laut lagi pasang.
Untuk mencapai area berpasir, anda harus menuruni sebuah tangga dari kayu/bambu (saya lupa) di samping air terjun. Sayangnya tangga ini tidak permanen, tangga tersebut akan dilepas jika ombak pantai selatan sedang tinggi, dengan alasan keselamatan. Waktu saya ke sana, ombak pantai selatan sedang tinggi, sehingga pengunjung tidak diperbolehkan untuk turun ke area berpasir. Dalam bayangan saya, bermain pasir, air terjun berair tawar, air laut yang asin, dan gua-gua kecil di pantai ini bakal menjadi pengalaman yang menarik, mungkin suatu saat saya perlu ke sana lagi.
Posisi ketiga, pantai Buyutan
Pantai Buyutan adalah pantai terjauh kedua jika dihitung dari pusat kota Pacitan. Tapi jalannya adalah yang terjelek. Waktu saya ke sana aspalnya mulai terkelupas di kilometer terakhir. Meskipun begitu saya masih percaya diri untuk menempatkan pantai ini di posisi ketiga, karena alasan berikut ini.
Garis pantainya panjang, pasirnya menurut saya adalah yang terbaik, sangat nyaman untuk dipakai berjalan kaki sambil basah-basahan. Selain itu, di sisi barat pantai ini terdapat beberapa rangkaian batu dengan bentuk yang unik, yang menurut saya menambah keindahan pantai ini. Terakhir yang paling saya sukai dari pantai ini, yaitu sepi. Walaupun sepi fasilitasnya cukup lengkap kok, mushola ada, warung banyak, bahkan ada yang menawarkan penginapan di dekat pantai. Tapi karena saya datang di hari kerja banyak warung yang tidak buka, penginapan pun tutup. Saya tidak tahu apakah pantai ini masih sepi juga di hari libur.
Posisi keempat, pantai Srau – Wayang
Seperti kawasan pantai Kasap – Watu Karung, pantai Srau – Wayang juga terdiri dari beberapa pantai dalam satu kawasan yang dipisah oleh beberapa bukit, sehingga garis pantainya sangat panjang. Yang berbeda adalah, jika anda berada di pantai Kasap lalu ingin pindah ke pantai Bercak atau pantai Banteng Mati, anda harus jalan kaki, di kawasan pantai Srau – Wayang ini anda dapat membawa kendaraan anda untuk pindah dari satu pantai ke pantai lainnya.
Meskipun garis pantainya sangat panjang, saya tidak menempatkan pantai ini di posisi yang tinggi, karena beberapa alasan berikut ini. Yang pertama adalah adanya pipa besar di pantai paling barat, saya tidak tahu nama pantainya, pipa ini sepertinya digunakan untuk menyedot air laut untuk digunakan di tambak, jika anda menyusuri jalan desa yang menuju ke arah barat anda akan menemukan lokasi tambak ini. Menurut saya pipa besar ini mengganggu pemandangan, padahal pantainya bagus lho.
Alasan kedua, di pantai Srau-nya sendiri, ada banyak sampah dari batang atau ranting pohon di pinggir pantai, tidak sampai menutupi keseluruhan pantai sih, tapi tetap saja mengganggu.
Pantai-pantai di area ini berbatu, sehingga agak kurang nyaman dipakai berenang, kalau hanya sekedar berendam atau basah-basahan sih masih ok. Menurut saya, daya tarik utama dari pantai ini adalah area di pinggir pantai yang cukup luas, datar, dan ditumbuhi rumput yang cukup terawat, sehingga terasa nyaman untuk dipakai berkemah. Saat saya ke sana banyak wisatawan yang berkemah di sekitar pantai ini. Jika anda ke pantai ini saya sarankan untuk membawa tenda dan bola, lalu langsung menuju pantai Wayang yang terletak di tengah-tengah kawasan ini, tidak usah mampir di pantai Srau, kecuali anda ingin menaiki bukitnya.
Posisi kelima, pantai Pancer Dorr
Pantai ini berada di pinggir kota Pacitan, tidak jauh dari alun-alun. Garis pantainya sangat panjang sekali. Silakan lihat di google map, jika anda lihat teluk Pacitan, garis yang melengkung itu semua adalah pantai. Walaupun di google map tertulis ada 3 pantai di area ini, Sandy Beach, Pancer Dorr, dan Teleng Ria, saya akan menyebut kawasan ini dengan satu pantai saja, karena tidak ada bukit yang memisahkan pantai-pantai tersebut, semuanya menyambung jadi satu.
Di kawasan pantai ini terdapat museum dan penangkaran penyu, tapi saya tidak tahu masih buka atau tidak, saya tidak masuk ke area tersebut. Bagian timur pantai ini adalah sebuah muara, ada sungai yang cukup besar dimana di pinggir sungai itu terdapat sebuah masjid terapung, ada juga menara pandang, dimana anda bisa naik dan lihat keseluruhan area pantai dari tempat yang cukup tinggi. Area bagian timur ini adalah yang paling ramai, banyak orang memancing di pinggir sungai, orang-orang yang ingin berselancarpun berangkatnya dari area bagian timur ini.
Meskipun garis pantainya yang paling panjang, ada sungai dan muara di bagian timur, serta banyak orang berselancar, saya tidak menempatkan pantai di kawasan teluk Pacitan ini ke posisi yang lebih tinggi, karena satu alasan, pasirnya kecoklatan. Menurut saya pantai berpasir putih tetap lebih menarik meskipun berbatu dan tidak bisa dipakai berenang atau berselancar, seperti pantai Srau – Wayang, jika dibandingkan dengan pantai berpasir coklat seperti pantai Pancer Dorr ini.
Posisi keenam, pantai Klayar
Pantai Klayar tentu saja adalah pantai paling terkenal di Pacitan. Tapi saya akan menempatkan pantai ini di posisi terakhir dari daftar pantai paling menarik yang saya kunjungi di Pacitan, dengan beberapa alasan berikut ini.
Penuh dengan beton, warung dan tempat selfie buatan. Kunjungan saya kali ini ke pantai Klayar adalah kunjungan kali kedua. Dulu saya pernah ke pantai ini di saat jalan menuju ke sana masih jelek, belum dibangun. Saat saya datang lagi, jalannya sudah bagus, dan tentu saja saya senang, tapi begitu sampai di pantai saya agak kecewa, banyak bangunan beton di sana, yang menurut saya membuat pantai jadi kurang natural.
Alasan kedua adalah adanya penyewaan kendaraan ATV. Bagi saya, berlibur ke pantai adalah untuk menikmati air laut dan pasirnya. Pantai Klayar ombaknya besar, pantainya juga agak berbatu sehingga tidak ideal untuk berenang, cukup basah-basahan di pinggir saja. Masalahnya kendaraan ATV ini rodanya meninggalkan jejak di pasir, memberikan kesan tidak natural pada pasir pantai, membuat saya malas untuk bermain pasir di sana.
Pantai Klayar menurut saya adalah pantai yang paling tidak menarik di daftar ini, tapi masih banyak wisatawan yang datang ke sana. Berfoto di seruling samudra sepertinya masih menjadi hal yang paling menarik bagi para wisatawan. Walaupun kecewa, pantai Klayar tetap bisa memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi saya, yaitu saat saya bisa menikmati gemuruh ombaknya yang besar, terutama di bukit bagian barat, bagian yang ada tebing berlubang itu, sambil makan nasi sambal dengan lauk ikan laut.
Demikian ulasan saya mengenai daftar pantai paling menarik di Pacitan versi saya ini. Maaf dokumentasi foto dan videonya tidak lengkap. Ulasan ini bersifat subjektif, tentu saja pantai yang menurut saya bagus bisa jadi jelek di mata anda dan sebaliknya, karena bisa jadi kita memiliki selera yang berbeda.
Masih ada beberapa pantai di Pacitan yang belum saya kunjungi, mungkin lain kali saya akan mencoba mengunjungi pantai-pantai tersebut.