Pada minggu ketiga dan keempat pengobatan tb paru yang saya jalani, obat yang diberikan mengakibatkan 2 efek samping. Keduanya ada di kaki. Dibandingkan dengan efek samping obat di minggu pertama dan kedua, efek samping ini lebih menyakitkan. Mengakibatkan saya kesulitan tidur beberapa hari.
Efek samping yang pertama adalah munculnya rasa sakit di persendian. Seperti pada lutut, pergelangan kaki, dan bahu. Berdasarkan beberapa artikel, obat tb paru dapat mengakibatkan kadar asam urat naik. Oleh karena itu muncul rasa sakit di persendian. Setelah saya konsultasi dengan dokter, saya diberi beberapa obat, saya lupa untuk mencatat jenis obatnya. Akhirnya rasa sakit tersebut perlahan-lahan bisa hilang dalam beberapa hari.
Efek samping yang kedua adalah ujung jari, punggung kaki, hingga paha terasa panas. Seperti terbakar. Menurut dokter, hal ini terjadi karena gula darah saya cukup tinggi. Memang berdasarkan beberapa artikel yang saya baca obat tb paru dapat menaikkan gula darah. Tetapi ada juga teori pasien terlebih dahulu gula darahnya tinggi mengakibatkan daya tahan tubuhnya menurun, akhirnya dia mudah terkena tb paru. Tetapi saya tidak pernah cek gula darah sebelum terkena tb paru. Jadi saya tidak bisa memastikan saya terkena tb paru dulu baru kemudian gula darah saya naik karena obat. Atau gula darah saya sudah tinggi sebelumnya, sehingga daya tahan tubuh saya menurun dan akhirnya terkena tb paru.
Dokter akhirnya memberikan 2 obat untuk mengontrol gula darah saya. Rasa panas di kaki perlahan mulai berkurang. Akhirnya saya mulai bisa tidur. Tetapi masih belum bisa hilang sepenuhnya. Bahkan masih terasa sampai akhir minggu kelima pengobatan. Untungnya rasa panas ini hanya muncul pada kondisi tertentu, misal saat tidur dalam posisi telentang atau miring ke kanan. Jika tidur dengan posisi miring ke kiri atau duduk dan jalan rasa panas tersebut jarang muncul.
Obat tb paru yang diberikan masih sama, tetapi dosis PYRAZINAMIDE 500 mg dikurangi. Awalnya saya harus minum 3 tablet sekaligus, tetapi di minggu ketiga dan keempat ini saya cukup minum 2.5 tablet tiap hari.
Pada minggu ketiga saya juga menjalani tes dahak. Hasilnya posifif. Artinya bakteri tbc di tubuh saya berpotensi menular ke orang lain. Dokter akhirnya menyarankan saya untuk istirahat total selama sebulan. Dan mengurangi kontak dengan orang lain, terutama dengan anak kecil. Untungnya tempat saya bekerja memberi saya ijin untuk istirahat total selama sebulan penuh.
Dokter di rumah sakit juga memberi saya opsi untuk melanjutkan perawatan di rumah sakit atau di puskesmas. Saya memilih puskesmas, dengan pertimbangan jarak dan biaya. Untuk itu pihak rumah sakit memberi saya semacam form untuk diserahkan ke pihak puskesmas. Dengan ini berakhir sudah masa pengobatan tb paru saya di rumah sakit, mulai minggu kelima saya mulai menjalani pengobatan di puskesmas.